Seorang anak Palestina terlihat di sebuah bangunan yang hancur di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara pada 29 Januari 2025. (Xinhua/Abdul Rahman Salama)
Rencana semacam itu juga dapat mempercepat upaya untuk memisahkan Gaza dari Tepi Barat, memecah belah wilayah Palestina, dan merusak prospek terciptanya sebuah negara yang merdeka dan tidak terpisahkan, ujar Ahmed Rafiq Awad, seorang pakar politik lainnya yang berbasis di Ramallah.
"Usulan Trump dapat memperkuat kontrol Israel atas tanah Palestina dengan melakukan depopulasi (terhadap) Gaza," tutur Awad kepada Xinhua.
Fadi Jomaa, seorang dosen di Arab American University di Jenin, mengatakan kepada Xinhua, "Kebijakan AS ini akan memicu keresahan di negara-negara penerima, mengingat pemerintah kesulitan untuk mengelola gelombang masuk pengungsi di tengah ketidakstabilan regional yang sedang berlangsung."
Langkah-langkah semacam itu sama saja dengan menghapus prospek negara Palestina yang merdeka, tuturnya, sembari menambahkan bahwa merelokasi warga Palestina akan mengukuhkan status mereka sebagai pengungsi permanen, melucuti identitas nasional dan hak politik mereka.
PENOLAKAN YANG KUAT
Pemerintah dan pemimpin regional di Timur Tengah pada Rabu secara tegas menolak usulan Trump untuk mengambil alih kendali atas Gaza dan merelokasi warga Palestina. Liga Arab menolak usulan semacam itu dalam sebuah pernyataan, menyebut hal itu melanggar hukum internasional dan mengancam stabilitas regional.