SHARE

Ilustrasi

CARAPANDANG.COM - Baru-baru ini Inggris dan Afrika Selatan dihebohkan dengan kemunculan varian atau mutasi virus corona jenis baru. Varian ini terdeteksi pertama kali pada September 2020,  dan pada pertengahan November kasus ini kembali melonjak hingga menjadi dua pertiga kasus pada pertengahan Desember.

Dikutip dari The National News,  Ahad (20/12) ada beberapa hal yang telah diketahui dari virus jenis baru ini. Berdasarkan informasi, strain varian baru itu dinamakan VUI-202012/01, dan diketahui memiliki 23 perubahan genetik. Salah satunya, terkait dengan protein lonjakan yang digunakan virus corona saat ini untuk menempelkan dirinya ke reseptor pada sel manusia.

Peringatan WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendesak anggotanya di Eropa untuk meningkatkan tindakan melawan varian baru virus corona SARS-CoV-2 yang beredar di Inggris. Di luar Inggris, varian baru virus telah dilaporkan pada sembilan kasus di Denmark, serta masing-masing satu kasus di Belanda dan Australia. "Di seluruh Eropa, di mana penularannya intens dan meluas, negara-negara perlu menggandakan pendekatan pengendalian dan pencegahan mereka," ujar juru bicara WHO (20/12/2020).

Anggota WHO di seluruh dunia diminta merunut virus SARS-CoV-2 dan berbagi data urutan internasional, khususnya bagi negara yang melaporkan adanya mutasi virus yang sama. WHO mencatat, strain baru dari virus corona ini kemungkinan dapat menyebar lebih mudah di antara orang-orang dan memengaruhi tes diagnostik. "Informasi awal bahwa varian tersebut dapat memengaruhi kinerja beberapa tes diagnostik," tulis WHO.

Bagaimana agar tidak menyebar di Indonesia? Epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo mengungkapkan, mencegah varian baru virus SARS-CoV-2 masuk ke sebuah wilayah, termasuk Indonesia, dapat dilakukan dengan melarang orang masuk ke Indonesia. "Sementara mutlak melarang masuknya siapa pun, baik orang asing maupun warga Indonesia sendiri yang baru pulang dari bepergian, dari wilayah yang diduga sebagai asal virus varian baru tersebut ke wilayah Indonesia," ujar Windhu.

Selain itu, orang yang bukan berasal dari daerah asal virus varian baru juga dilarang memasuki Tanah Air. "Kecuali yang mempunyai kepentingan sangat urgent bisa masuk dengan dikarantina di lokasi khusus minimun 14 hari sebelum menuju tujuan," lanjutnya.

Sementara untuk mengetahui seseorang terinfeksi strain baru virus, diperlukan penelitian khusus. Virus harus yang ditemukan di tubuh seseorang diisolasi dan diperiksa di laboratorium khusus untuk riset. " Tidak mudah dan tidak rutin dilakukan. Mutasi virus selalu perlu dimonitor oleh lembagalembaga riset. Ada di Unair, UI, UGM, Lembaga Eijkman. Unair selalu melakukan riset itu untuk virus-virus yang terutama ditemukan di Jawa Timur/Surabaya," kata Windhu.

Muncul berbagai pertanyaan bagaimana pengobatan atau vaksinasi ke depannya. Terlebih, ketika evolusi virus adalah alasan utama mengapa vaksin yang seharusnya disiapkan melawan wabah itu, menjadi tidak begitu efektif. Vaksin untuk virus corona baru sering ditujukan untuk merangsang respons kekebalan terhadap protein lonjakan. Tetapi para ahli memperkirakan harus ada beberapa perubahan pada protein lonjakan untuk membuat vaksin tidak efektif.

Saat ini, yang menjadi tanda tanya besarnya adalah mengapa virus itu bisa memunculkan jenis baru, di saat jenis sebelumnya belum hilang. Dijelaskan lebih lanjut, semua organisme hidup termasuk virus (meski antara hidup dan tidak) memang berevolusi. Ketika mereplikasi genetiknya sendiri, kesalahan memang kerap terjadi, dan perubahan itu bisa menyebar ke generasi-generasi selanjutnya.

Perlu diingat, beberapa perubahan genetik itu memang tidak penting, namun kadang kala bisa menyebabkan perubahan pada protein yang dikodekan materi genetik dan membuat organisme (termasuk virus) bisa bertahan, menyebar atau bereproduksi. Sampai saat ini belum ada bukti akurat bahwa varian baru ini akan mempengaruhi efektivitas vaksin. Dan penularannya yang lebih cepat memicu kekhawatiran penganan di rumah sakit.

Makin banyak kasus maka makin banyak pula resiko kematian jika rumah sakit kewalahan. Kabar baiknya, vaksin COVID-19 yang saat ini dikembangkan mampu melatih sistem imun untuk menyerang bagian beberapa virus. Karena itu, vaksin diyakini tetap akan bekerja pada mutasi virus yang ditemukan. Masyarakat boleh waspada dengan adanya mutasi virus baru ini, namun tidak perlu disikapi dengan kekhawatiran berlebihan. Kita semua tetap harus mematuhi protokol kesehatan dengan menerapkan 3M ( dengan selalu menggunkan masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak atau menghindari kerumunan). Tetap waspada dan salam sehat . [**]

**Oleh: Nur Afriyani
Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)


Tags
SHARE