CARAPANDANG – Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI) Islah Bahrawi mengkomentari fenomena yang terjadi di Nepal.
Menurutnya kerusuhan yang terjadi di Nepal harus menjadi pelajar bagi para pejabat di Indonesia.
Kerusuhan yang terjadi merupakan akumulasi dari kemarahan rakyat terhadap pemerintah yang sewenang-wenang dalam membuat kebijakan, maraknya praktik korupsi, hingga gaya hidup hedon elite beserta anak-anak pejabat yang gemar pamer kekayaan di tengah kesulitan rakyat.
Dan puncak kemarahan rakyat meledak setelah beredar luas aksi flexing anak pejabat di media sosial. Sementara rakyat terhimpit krisis ekonomi, mereka justru dipertontonkan kemewahan.
Pemandangan dramatis terlihat ketika rumah-rumah mantan presiden, perdana menteri, hingga menteri ikut menjadi sasaran amarah. Gedung-gedung simbol kekuasaan dibakar, menandakan dendam rakyat yang tidak hanya lahir dari kebijakan terbaru, tetapi juga akumulasi luka lama.
“Di Nepal, rakyat juga menjarah dan membakar properti mantan presiden, PM, dan menteri. Ternyata dendam rakyat berlaku surut dan awet," katanya lewat akun X miliknya, seperti dikutip pada Jumat, 12 September 2025.
Apa yang terjadi di Nepal saat ini yang sarat vandalisme dan brutalitas memiliki kesamaan dengan gelombang penjarahan yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1998.
Maka itu, dia mengingatkan apa yang terjadi di Nepal harus dijadikan pelajar penting bagi para pejabat di Indonesia.