Sementara itu, media Izvestia juga melaporkan adanya ancaman sanksi sekunder dari Barat kepada pihak yang membantu Rusia dalam berdagang. Kantor berita itu menyebut bahwa bank-bank China memperketat pemeriksaan pembayaran dari Uni Emirat Arab, India, dan Hong Kong karena khawatir ada transaksi dari Rusia yang lewat negara itu.
"Sanksi Uni Eropa telah menyebabkan China, Uni Emirat Arab, dan Turki membatasi transaksi yang melibatkan uang yang terkait dengan Rusia," tambah laporan tersebut.
Rusia sendiri saat ini berada dalam ribuan sanksi ekonomi dari negara-negara Barat. Hal ini dikarenakan keputusan Kremlin untuk menyerang Ukraina mulai Februari 2022 lalu, di mana Barat berharap tindakan ini dapat memberhentikan Moskow untuk mendanai perangnya.
Bulan lalu, Bank Sentral Rusia menaikkan suku bunga hingga mencapai rekor 21% untuk mencoba mencegah inflasi. Bankir utama Bank Sentral, Elvira Nabiullina, mengakui bahwa ekonomi negara itu sedang berada pada titik balik pada hari Kamis.
"Kami yakin bahwa kebijakan kami akan mengurangi inflasi hingga 4,5 hingga 5% tahun depan, dan kemudian menstabilkannya mendekati 4%," tuturnya
"Seiring melambatnya laju inflasi, kami akan mempertimbangkan penurunan suku bunga acuan secara bertahap. Jika tidak ada guncangan eksternal tambahan, penurunan akan dimulai tahun depan."