SHARE

Istimewa

CARAPANDANG -  Untuk mengurangi ketergantungan impor gandum dan jagung, pemerintah berencana memperluas area lahan tanaman sorgum di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Jokowi usai menanam benih dan memanen sorgum di Kabupaten Sumba Timur, NTT, Kamis (2/6).

Presiden meminta kepada kepala daerah setempat untuk memastikan berapa luas lahan yang bisa digunakan untuk menanam sorgum. 

"Saya perintahkan kepada gubernur dan bupati untuk betul-betul memastikan berapa luasan lahan yang bisa dipakai untuk menanam sorgum sehingga kita tidak bergantung kepada gandum, tidak bergantung pada jagung dari impor," ujarnya Presiden saat memberikan keterangan pers melalui video yang diunggah akun YouTube Sekretariat Presiden, Kamis.

Kepala Negara menjelaskan lahan di Kabupaten Sumba pernah ditanami jagung, namun kurang produktif. Oleh sebab itu lahan dialihkan pada tanaman biji-bijian sorgum.

Saat ini luas lahan sorgum di Kabupaten Sumba Timur mencapai 60 hektare dengan produktivitas sebesar 5 ton per hektare.

Meski masih tergolong uji coba, petani dapat menghasilkan pendapatan sekitar Rp50 juta per hektare dalam satu tahun atau Rp4 juta lebih per bulan.

Presiden Jokowi pun telah memerintahkan Gubernur NTT Viktor Laiskodat dan Bupati Sumba Timur Khristofel Praing untuk memperluas lahan yang bisa ditanami sorgum.

"Kita akan perbesar tanaman sorgum ini di Provinsi NTT dengan harapan kita miliki alternatif pangan dalam rangka (mengatasi) krisis pangan dunia. Kalau kita ada berlebih, ada stok, justru ini yang akan kita ekspor," kata Kepala Negara.

Adapun tanaman sorgum dinilai menjadi alternatif sumber pangan selain beras dan jagung, guna menghadapi krisis pangan.

Sebelumnya sejak pandemi COVID-19 merebak, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) telah memperingatkan agar setiap negara memiliki rencana dalam menjaga kelancaran rantai pasok makanan demi mengantisipasi potensi krisis pangan. 

Tags
SHARE