Di tengah ketidakpastian ekonomi global, pemerintah memerlukan strategi yang mampu menjaga stabilitas pertumbuhan domestik. Belanja publik pada sektor pendidikan menjadi salah satu jawabannya. Revitalisasi sekolah termasuk investasi padat karya yang menghasilkan manfaat ganda: efek langsung berupa serapan tenaga kerja serta konsumsi lokal, sekaligus manfaat jangka panjang berupa peningkatan kualitas pendidikan.
Inilah yang menjadikan revitalisasi sekolah sebagai stimulus ekonomi yang produktif. Hasilnya tidak hanya berupa bangunan fisik, melainkan generasi emas Indonesia 2045.
Potensi besar ini tidak lepas dari sejumlah hambatan. Pertama, aspek akuntabilitas—pengawasan yang lemah berisiko menurunkan kualitas hasil. Kedua, birokrasi dan keterlambatan anggaran sering kali membuat proyek molor dari target. Selain itu, partisipasi masyarakat lokal masih sering terbatas, padahal pelibatan koperasi, BUMDes, atau UMKM setempat akan membuat manfaat program ini lebih luas.
Revitalisasi Sekolah sebagai Agenda Strategis
Oleh karena itu, revitalisasi sekolah perlu dipandang sebagai agenda strategis, bukan sekadar rutinitas tahunan. Pemerintah daerah bisa menjadikannya instrumen penggerak ekonomi lokal, misalnya dengan melibatkan UMKM sebagai pemasok material atau penyedia jasa. Dengan demikian, belanja negara benar-benar menghidupkan ekonomi rakyat.
Sinergi Pemerintah dan Dunia Usaha