CARAPANDANG – Hari Anak Nasional (HAN) 2025 menjadi momen penting untuk menyoroti isu tumbuh kembang anak. Salah satu aspek utamanya adalah status gizi anak.
Melansir dari laman Hello Sehat, penilaian status gizi pada anak tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Hal ini karena tubuh anak terus mengalami perubahan seiring usia.
Berbagai faktor memengaruhi status gizi anak, termasuk berat badan, tinggi badan, usia, dan jenis kelamin. Penilaian ini membantu mendeteksi gangguan pertumbuhan sedini mungkin.
Grafik pertumbuhan digunakan sebagai acuan untuk memantau perkembangan fisik anak. Grafik WHO 2006 menjadi standar untuk anak usia 0-5 tahun, sedangkan CDC 2000 dipakai untuk usia di atas 5 tahun.
Grafik tersebut menunjukkan batas normal dan tidak normal pada berat dan tinggi anak. Status gizi dikategorikan sebagai sangat kurang, kurang, normal, atau lebih berdasarkan nilai simpangan baku (SD).
Jika berat badan anak jauh di bawah standar usianya, maka bisa tergolong stunting. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang berdampak pada perkembangan otak dan produktivitas anak.
Masalah gizi lainnya yang perlu diwaspadai adalah wasting, marasmus, dan obesitas. Semua kondisi ini berpengaruh terhadap kesehatan dan kualitas hidup anak di masa depan.
Lingkungan sekolah dan rumah turut berperan dalam menjaga gizi anak. Akses terhadap makanan bergizi, sanitasi bersih, dan pemantauan rutin sangat penting dilakukan.