Mereka juga ingin para perusahaan mengungkapkan apakah mengetahui adanya dugaan perusakan perangkat keras, penyadapan sinyal optik, distorsi sinyal tidak terduga atau penyimpangan operasional lain saat perbaikan kabel. Informasi ini diharapkan bisa diketahui paling lambar pada 8 Agustus 2025 mendatang.
"Makin banyak bukti soal pola aktivitas jahat terkoordinasi terkait Republik Rakyat China dan Federasi Rusia yang menargetkan infrastruktur bawah laut di Laut Baltik, Indo-Pasifik dan kawasan strategis lain," kata surat itu.
Sementara itu, pekan lalu Ketua Komisi Komunikasi Federal Brendan Carr mengatakan lembaganya berencana membuat larangan perusahaan menghubungkan kabel laut ke AS yang mencakup teknologi atau peralatan dari China.
AS memang sudah mengungkapkan masalah kabel laut yang terkait China. Misalnya pada November 2024, dua kabel serat optik di Laut Baltik terputus dan disebut karena adanya sabotase.